[Salon Jiwa-2] 4 Pertumbuhan Jiwa & Cinta
Di artikel sebelumnya, telah kita sepakati bahwa jiwa kita sedang bertumbuh...
Jika dibolehkan, kita bisa membaginya dalam 4 tahap :
1. Pedagang Kehidupan dan Pedagang Doa
Jangankan dengan Tuhan, dengan siapa saja ia berdagang. Kalau permohonan tercapai, maka Tuhan berwajah baik. Kalau tidak dipenuhi, apalagi dihadang bencana, Tuhan disebut marah. Dan dalam pandangan kelompok ini, bencana ujian musibah tidak lain hanya Tuhan yang murka kepada ulah manusia. Tidak salah tentunya karena ini memang bagian dari proses pertumbuhan
2. Pecinta tingkat remaja
Ciri kelompok ini adalah rasa memiliki yang tinggi. Tidak boleh ada orang lain, hanya dia yang boleh dekat dan dicintai Tuhan. Cinta bagi kelompok ini tidak ada pilihan lain kecuali menyayangi, memaafkan, membebaskan. Tidak boleh ada ekspresi dari cinta Tuhan selain menyayangi, memaafkan dan membebaskan. Begitu ada wajah cinta yang lain (terlebih berwajah bencana), maka mudah ditebak kemana kehidupan bergerak : benci tapi rindu ! Ini asal muasal pertanyaan sejumlah sahabat yang luka ketika bencana atau cobaan melanda, kemudian bertanya "Tuhan, masihkah Kau menyayangiku ?"
3. Pecinta tingkat dewasa
Cinta tidak lagi diikuti kebencian. Cinta adalah cinta. Ia tidak berlawankan kebencian. Lebih dari itu, berbeda dengan kelompok kedua yg menempatkan dicintai lebih indah dibanding mencintai. pada tingkat ini terbalik : mencintai lebih indah dibanding dicintai. Karena itu, bencana bagi jiwa yang sudah sampai disini tidak ditempatkan sebagai hukuman, melainkan masukan tentang segi segi didalam diri yang perlu diperbaiki. Dengan kata lain, bencana adalah vitamin bagi pertumbuhan jiwa
4. Jiwa yang tak lagi mencari apa apa
Bukan karena marah ataupun frustasi. namun karena melalui rasa kecukupan, keikhlasan dan penuh kesyukuran yang mendalam . Semuanya sempurna.
Sehat sempurna, sakit juga sempurna.
Bukankah sakit yang mengajari menghargai kesehatan ?
Bukankah kegagalan membimbing kita pada puncak kehidupan yang bernama tahu diri ?
Kehidupan sempurna, kematian juga sempurna
Bukankah kematian adalah mitra makna kehidupan yang membukakan pintu pengertian kehidupan yang jauh lebih dalam ?
Kaya sempurna, miskin juga sempurna
Bukankah kemiskinan adalah pendidikan untuk tidak sombong dan senantiasa rendah hati ?
Dengan demikian dalam jiwa jiwa yang telah sampai disini tidak ada kamus bencana.
Apapun yang terjadi diberi judul : SEMPURNA....
(bersambung.....)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home